KESEMUTAN
Melakukan kegiatan berulang seperti berkendara motor, mengetik, dan menyapu dapat menjadi salah satu penyebab kesemutan dan mati rasa di tangan. Lalu Apakah yang menyebabkan kesemutan, kekakuan hingga mati rasa pada bagian tangan atau kaki?
Mati rasa atau kesemutan menggambarkan hilangnya sensasi atau rasa pada bagian tubuh. Hal ini sering disertai dengan atau dikombinasikan dengan perubahan sensasi seperti tertusuk jarum, terbakar, atau kesemutan. Mati rasa dapat terjadi pada sepanjang saraf yang terkait, pada satu sisi tubuh atau pada kedua sisi tubuh.
Mati rasa paling sering disebabkan oleh kerusakan, iritasi, atau tekanan saraf yang mempengaruhi cabang saraf tunggal atau beberapa saraf yang mungkin akan terpengaruh. Saraf yang pada umumnya terpengaruh adalah yang berada pada bagian perifer tubuh. Mati rasa yang disebabkan oleh masalah otak atau sumsum tulang belakang jarang terjadi. Penyakit-penyakit tertentu seperti diabetes dapat menyebabkan kerusakan parah pada saraf sehingga menyebabkan terjadinya mati rasa.
Saraf yang dalam kondisi terjepit karena tekanan dari jaringan yang berada disekitarnya sehingga dapat mengganggu fungsi saraf menyebabkan terjadinya kesemutan, nyeri, mati rasa atau kelemahan. Saraf yang terjepit dapat terjadi di beberapa lokasi pada tubuh, seperti tulang punggung bagian bawah yang terjepit dapat memberi tekanan pada akar saraf sehingga dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian belakang kaki. Demikian juga saraf terjepit dibagian pergelangan tangan dapat menyebabkan rasa sakit dan mati rasa pada tangan dan jari.
Tanda dan gejala saraf terjepit
Saraf yang terjepit memiliki tanda dan gejala seperti :
Mati rasa atau penurunan tingkat kepekaan di area saraf tertentu.
Terjadi rasa nyeri atau sensasi seperti terbakar yang menjalar keluar.
Merasakan kesemutan.
Terjadi kelemahan otot pada daerah yang terjepit.
Sering merasa seperti kaki atau tangan tidak dapat digerakkan.
Penyebab saraf terjepit
Saraf yang terjepit terjadi ketika terlalu banyak tekanan yang terjadi pada saraf. Berikut beberapa kondisi yang dapat menyebabkan saraf yang terjepit seperti :
Cedera
Postur tubuh yang buruk
Gangguan pada sistem saraf pusat
Rheumatoid arthritis
Kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
Hobi atau kegiatan olahraga
Kegemukan
Memiliki riwayat penyakit diabetes melitus. Gangguan pada kadar gula darah dapat merusak saraf dari waktu ke waktu.
Mengkonsumsi obat-obatan tertentu dapat memberikan efek samping kesemutan.
Kekurangan asupan beberapa vitamin seperti vitamin B12 yang penting bagi kesehatan saraf.
Penanganan Saraf terjepit
Pengobatan yang dapat paling sering direkomendasikan untuk saraf terjepit adalah dengan mengistirahatkan bagian tubuh tersebut. Anda juga perlu meghentikan kegiatan yang dapat menyebabkan atau memperburuk tekanan. Berkonsultasilah dengan dokter agar dapat dilakukan terapi untuk mengembalikan fungsi dari saraf yang terjepit. Namun pada beberapa kondisi ringan dapat sembuh tanpa terapi dan pengobatan.
Pencegahan saraf terjepit
Berikut beberapa langkah yang dapat mencegah terjadinya saraf terjepit :
Menjaga postur tubuh
Melakukan aktifitas fisik seperti peregangan atau berolahraga rutin minimal 30 menit setiap hari.
Membatasi aktifitas yang dilakukan secara berulang-ulang.
Menjaga kestabilan berat badan agar tetap dalam rentang yang normal.
Olahraga bukan merupakan keharusan atau kewajiban melainkan cara untuk menyayangi tubuh dan peduli terhadap kesehatan diri.
Pertanyaan anda akan dijawab langsung oleh tenaga kesehatan kami. Kunjungi juga akun Instagram @vivahealthindonesia, Fanpage VivaHealthIndonesia dan Twitter@vivahealthID untuk melihat jadwal kegiatan Apotek Viva di kota Anda dan info kesehatan lainnya.
Sumber :
Mayo Clinic. (2016, 01 Maret). Pinched Nerve. Diperoleh 13 Februari 2017 dari : http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pinched-nerve/basics/prevention/con-20029601
Mayo Clinic. (2016, 08 April). Numbness. Diperoleh 13 Februari 2017 dari : http://www.mayoclinic.org/symptoms/numbness/basics/causes/sym-20050938
WebMD. (2016, 16 November). Pinched Nerve. Diperoleh 13 Februari 2017 dari : http://www.webmd.com/brain/paresthesia-facts